Jumat, 28 Januari 2011

Dis-moi l'amour ( Katakan cinta padaku )

Ketika aku merasa senang kamu jauh dariku
Ketika aku aku sedih kau mendekatiku
Apa yang ada di pikiranmu saat ini?
Aku tanya tentang perasaanmu pada ku, kamu lantas menghindar
Aku bingung....
Bingung dengan perasaanmu saat ini
Kecewa?
Ya.... aku kecewa dengan sikapmu
Bahkan aku harap, aku tak akan lagi mengenalmu
Sedih....
Sedih sekali hati ini melihat tingkahmu yang mungkin orang lain melihat
bahwa kamu sedikit gila....
Kamu mengombang ambingkan aku....
Aku mohon kamu katakan tentang perasaanmu itu ke aku....
Mohon.......
dis-moi l'amour....

Jumat, 11 Desember 2009

SAKSI BISU

Matahari yang terasa menyengat sampai ke kulit dan jalan yang berbatu, tak menyurutkan langkah Lita untuk mencari alamat kos – kosannya yang baru. Maklum ia baru saja tiba dari Mataram menuju ke Surabaya untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi.
Tak lama kemudian terlihat rumah tua peninggalan zaman Belanda terlihat antik di tengah kota yang berjejeran dengan rumah – rumah modern, membuat rumah ini menjadi koleksi antik di kota Surabaya yang konon katanya kota Metropolitan ke-2 di Indonesia. Biaya hidup yang tinggi membuat Lita memilih kos – kosan yang sedikit jauh dengan kampusnya, walaupun berada di pinggir kota.
Saat menginjak di depan rumah tua itu, terlihat rumah yang serupa di depannya, namun rumah itu terlihat sudah tak terawat dan hancur seperti rumah yang habis terkena tragedi kebakaran berpuluh – puluh tahun yang lalu.
Segera ia memalingkan pandangannya ke tempat kos – kosan itu. “Permisi.....!!!!” teriaknya keras memanggil penghuni rumah sambil memukul – pukulkan tangkai gerbang yang terbuat dari besi. Tiba – tiba terlihat seorang wanita tua yang sudah rentah berjalan menuju ke gerbang untuk membukakannya. “Ooowww!!! Ternyata ada yang mau kos ya?” katanya dengan suara yang lirih khas orang tua. “Ayo masuk....!!!” ajaknya kepada Lita, menyuruhnya masuk ke dalam.
Tercium bau bunga melati di setiap sudut ruangan, menandakan aroma magis yang sangat kuat. Dengan muka yang sedikit takut Lita mencoba memberanikan diri untuk berbincang – bincang dengan nenek pemilik rumah kos itu. “Eeemmm!!! Nek, maaf? Tapi.... kok kos – kosan ini sepih ya, nek?” tanya Lita merasa bulu kuduknya mulai berdiri berlahan – lahan. “Oh! Jangan kawatir.... banyak kok! Yang ngekos di sini, tapi.... kebanyakan orang yang sudah kerja bukan anak mahasiswa seperti kamu ini,” terang nenek sambil menyuguhkan secangkir teh hangat untuk lita, “mangkannya di sini sepih....” sambil tersenyum lirih.
Saat akan meminumnya terlihat di dalam teh tersebut terdapat beberapa melati segar, yang membuat orang yang akan meminumnya tersedak hidungnya karena mencium bau harum dari melati. “Ayo... diminum! Nenek memang suka sama melati jadi..... setiap apa yang nenek makan atau nenek minum itu harus ada melati,” terang nenek menambah kegelisahan Lita. “Oh! Gitu ya? Nek! Iiiii.... iya saya minum nek!” sahutnya lantas segera meminumnya.
Lima menit kemudian, perut Lita terasa mulas dan ingin ke kamar kecil. “Nek! Lita pengen buang air nih.....!” kata Lita sambil memegang erat perutnya. “Oh! Kamu masuk aja! Di sana ada dapur, nah! Di sebelah dapur itu kamar mandinya,” kata nenek menunjukkan jalan menuju kamar kecil.
Segera ia menuju ke kamar mandi. Saat akan menuju ke kamar mandi terlihat sebuah kamar kosong yang terbuka lengkap dengan propertinya. Sejenak Lita berhenti dan mencoba menepis ketakutannya dengan melihat isi kamar kosong itu. Saat akan masuk, tiba – tiba terlihat cahaya putih yang terang dan mengubah semua halusinasi Lita menuju ke masa lalu.
Terlihat seorang laki – laki berbadan kekar sedang memukuli istrinya sampai istrinya itu tak berdaya. Tak sekedar itu tiba – tiba laki – laki itu keluar dari kamar dan masuk kembali dengan sebilah parang. Dibunuhnya wanita itu sambil menyebut nama sang wanita, ”Mati kamu..... Sunarti.....” teriaknya pada wanita itu dan menghempaskan parangnya ke tubuh wanita itu. Tak cukup itu, ia juga memutilasi tubuh wananita itu dan memasukkannya ke dalam sebuah karung goni dan mengikanya dengan tali. Segera ia menggeret karung tersebut menuju sebuah rumah yang sesaat tadi terlihat oleh Lita, sebuah rumah tua yang terbakar. Di sana sudah menunggu seorang wanita cantik memakai kebaya seperti seorang sinden yang sedang membawa sebuah jurigen yang berisi minyak tanah.
Segera laki – laki tersebut meletakkan karung berisi mayat wanita yang termutilasi itu kedalam rumah. Setelah itu wanita sinden tersebut, menuangkan semua isi jurigen ke rumah tersebut dan menghidupkan sebatang korek api dan membakar rumah tersebut beserta mayat yang termutilasi itu. Setelah mereka berhasil, laki – laki dan wanita sinden itu saling berpelukan. “Kita akan hidup bersama selamanya..... Mayang....” teriak laki – laki laki itu. “Benar kang! Istrimu kini telah tiada, dan kita akan hidup bersama,” kata wanita sinden itu tersenyum pada laki – laki tersebut.
Tak tahan melihat kejadian itu tiba – tiba Lita tertunduk lemas di depan pintu sambil menangis. Tak lama kemudian ia jatuh kelantai dan tak sadarkan diri.
Beberapa lama kemudian, terdengar suara ramai seolah – olah ia di kerumuni oleh banyak orang. Saat ia membuka matanya, tak hayal banyak orang – orang yang mengerumuninya. Dan ia baru sadar bahwa ia kini ada di atas pusaran yang terukir nama Sunarti. Segera beberapa orang menggedongnya ke rumah Pak Lurah.
Di suguhkannya secangkir teh hangat kepada Lita, dan ia segera meminumnya. “Saya lihat.... saya lihat kejadian itu....???” katanya sambil menangis. “Tenang.... tenang ya! Mbak.....” kata Pak Lurah menenangkan Lita. “Sebenarnya apa yang terjadi dengan saya?” tanya lita pada warga. “Begini mbak saya sebagai Pak Lurah mohon maaf kepada mbak, karena anda telah menjadi korban yang ke-20, di tanggal kematiannya. Rumah itu adalah rumah pasangan Pak Joko dengan Bu Sunarti, mereka adalah sepasang suami istri yang mengalami masalah rumah tangga, sebab pak Joko tertangkap basah oleh bu Sunarti berselingkuh di belakangnya dengan seorang pesinden cantik di desa kami 20 Tahun yang lalu,” terang Pak Lurah pada Lita. “Apa? Jadi saya baru saja melihat memorry kejam yang tersimpan di rumah itu?” kata Lita terkejut. “Iya! Benar mbak, sudah banyak orang yang menjadi korban,” kata Pak Lurah membuat Lita terkejut untuk yang kedua kalinya. “Tapi.... tadi di rumah itu ada nenek! Nenek tua yang suka dengan melati,” kata Lita yang penasaran pada nenek itu. “Itu... itu.... Sunarti mbak!” kata Pak Lurah sedikit takut menjawabnya. Semakin terkejut lagi Lita mendengar keterangan dari Pak Lurah.
Akhirnya Pak Lurah berbaik hati untuk memberikan tumpangan menginap semalam untuk Lita, agar ia bisa beristirahat.
Dan ke esokan harinya Lita segera meninggalkan daerah itu dan mencari kos – kosan yang baru dan dekat sekali dengan kampusnya.

*****

;;

jam